Depok | VoA – Pada era 1980-an, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Jenderal H. Eddie M. Nalapraya, dilakukan inventarisasi terhadap seluruh anggota IPSI serta potensi kekayaan budaya lokal dalam seni bela diri pencak silat. Semua unsur tersebut kemudian dikumpulkan dan dimasukkan dalam wadah IPSI sebagai upaya pelestarian dan pengembangan seni bela diri tradisional Indonesia.
Pada masa itu, wilayah yang kini dikenal sebagai Kota Depok masih merupakan bagian dari Kabupaten Bogor. Dalam proses pendaftaran sebagai anggota IPSI, terjadi perubahan nama salah satu perguruan yang sebelumnya bernama “Main Pukul” menjadi nama yang lebih sesuai dengan aturan IPSI. Perguruan ini didirikan oleh para tokoh pencak silat, termasuk di antaranya Haji Khairudin

Dalam perjalanan sejarahnya, para pendiri perguruan menyadari adanya ketimpangan sosial di masyarakat, di mana sebagian orang hidup dalam kelimpahan sementara yang lain mengalami kesulitan.
Dengan semangat solidaritas, mereka sepakat untuk membentuk wadah persilatan yang tidak hanya berfokus pada bela diri, tetapi juga memiliki misi sosial dan kebersamaan. Maka lahirlah perguruan dengan nama “Pengsimatoga Jalan Enam” yang merupakan akronim dari “Pengabaran Silo Macan Tongkrong Gawok.” Nama ini mencerminkan filosofi dan karakter dari perguruan tersebut.
Logo perguruan ini juga memiliki makna yang mendalam, dengan simbol burung di atasnya serta warna-warna yang merepresentasikan pluralisme dan netralitas dari berbagai kelompok masyarakat.
Perguruan ini mengusung prinsip bahwa pencak silat bukan hanya ajang untuk bertarung, tetapi juga sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan.
Seiring berjalannya waktu, perguruan ini berkembang pesat dan menjadi bagian dari IPSI. Pada tahun 2000-an, perguruan ini resmi terdaftar sebagai anggota ke-38 di Kota Depok. Sejak itu, perguruan aktif berpartisipasi dalam berbagai kejuaraan tingkat daerah, nasional, hingga internasional, dengan banyak pesilatnya meraih medali emas.
“Untuk di Depok, Pengsimatoga Jalan Enam resmi terdaftar di IPSI pada tahun 2000-an dan kami sebagai anggota yang ke 38,” ujar Ketua Umum sekaligus pendiri Perguruan Pencak Silat Pengsimatoga Jalan Enam, Yadi Haerudin di kediamannya, Sabtu (01/02/2025)
Selain mengembangkan seni bela diri, perguruan ini juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti program Jumat Berkah, santunan yatim, dan gerakan penghijauan untuk mencegah banjir di Jakarta.
Mereka juga bekerja sama dengan pemerintah kota dalam menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
“Tidak hanya sekadar melatih keterampilan bela diri, kami juga aktif dalam kegiatan sosial serta pembentukan karakter pesilat agar memiliki mental yang tangguh dan jiwa mandiri,” tutur Yadi.
Dalam bidang pendidikan, perguruan ini mendorong anggotanya untuk tetap berprestasi di sekolah. Mereka ingin memastikan bahwa para pesilat muda tidak hanya unggul dalam bela diri, tetapi juga dalam akademik, sehingga memiliki masa depan yang lebih baik.
“Kami selalu menekankan pentingnya pendidikan sebagai prioritas utama. Kami ingin para atlet kami tidak hanya unggul dalam beladiri tetapi juga dalam akademik, untuk itu kami selalu mensuportnya dengan berbagai cara,” ucap Yadi.
Harapan besar dari perguruan ini adalah agar pencak silat dapat lebih dikenal secara global, sebagaimana kungfu dari China, karate dari Jepang, dan taekwondo dari Korea. Mereka berharap pemerintah lebih aktif dalam mempromosikan pencak silat melalui media dan film, sehingga seni bela diri khas Indonesia ini dapat menjadi kebanggaan nasional dan mendunia.
Dengan semangat kebersamaan dan dedikasi tinggi, perguruan ini terus berkembang sebagai bagian dari IPSI, tidak hanya menjaga tradisi pencak silat, tetapi juga berkontribusi dalam berbagai aspek sosial dan kemasyarakatan. (Ed)