Pemalang | VoA – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pemalang, Andri Adi, mengungkapkan bahwa upaya peningkatan kesiapsiagaan menghadapi bencana terus dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten Pemalang. Sebanyak 7 desa tanggap bencana telah dibentuk di wilayah pesisir, dan secara total ada 17 desa yang siap menghadapi bencana.
Pentingnya peran desa tanggap bencana tidak hanya terletak pada kesiapan menghadapi bencana musim penghujan, tetapi juga pada kemampuannya memberikan respons cepat terhadap situasi darurat. Andri Adi berharap agar ke-7 desa yang berada di lingkungan pesisir dapat benar-benar siap menghadapi musim penghujan ini.
“Early Warning System” (EWS) menjadi salah satu fokus utama BPBD, dan sementara ini baru satu yang telah diimplementasikan di Desa Pesantren. Hal ini dikarenakan Desa Pesantren terletak paling utara, sehingga peristiwa rob yang tinggi di sana dapat menjadi indikator peringatan dini bagi desa-desa lainnya.
Namun, Andri Adi juga menekankan bahwa desa-desa yang berada lebih ke selatan kemungkinan menghadapi bencana seperti longsor, banjir bandang, dan angin kencang. Untuk itu, BPBD telah mengaktifkan relawan dan mendukung masyarakat di desa tanggap bencana guna memastikan kesiapsiagaan dan komunikasi yang efektif.
BPBD juga telah memasang 14 alat EWS longsor di daerah rawan longsor. Andri Adi menyebutkan bahwa beberapa desa menunjukkan potensi longsor, dan harapannya adalah untuk tahun ini dapat dipasang kembali satu alat EWS antisipasi longsor.
Dengan kondisi cuaca ekstrem yang tidak menentu, BPBD mengimbau masyarakat agar selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan, terutama saat beraktivitas di daerah yang rawan bencana. Masyarakat diharapkan dapat aktif mempersiapkan pengamanan secara mandiri.
Pada hari Selasa, 30 Januari 2024, BPBD Kabupaten Pemalang melakukan cek sarana dan prasarana untuk memastikan kesiapsiagaan desa dalam menghadapi bencana rob di musim penghujan. Pemantauan dilakukan di beberapa desa di wilayah Kecamatan Ulujami yang rawan bencana banjir rob, khususnya di Dusun Sidomulyo Desa Pesantren.
Pantauan melibatkan seluruh jajaran BPBD untuk memfasilitasi antisipasi di wilayah rawan bencana banjir rob. EWS banjir rob di Desa Pesantren juga terus dimonitor agar dapat memberikan sinyal atau tanda peringatan dengan optimal saat terjadi rob.
“Mudah-mudahan alat ini akan kami fungsikan maksimal agar nantinya pada saat terjadi rob bisa memberikan sinyal atau tanda kepada kita semua serta laporannya bisa terpantau secara harian”, ujar Andri Adi.
Selain memantau EWS, BPBD juga mengecek berbagai sarana dan prasarana seperti bronjong, talud, sender, pintu air, dan pompa air di Desa Limbangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah memastikan bahwa sarana-prasarana tersebut dalam kondisi baik dan siap menghadapi banjir.
Hasil pantauan ini akan menjadi bahan laporan bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum (DPU) atau Pemerintah Desa, untuk memperhatikan sarana prasarana yang dimaksud.
Lebih dari itu, pantauan ini juga bertujuan untuk memastikan kembali kesigapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Informasi terkini tentang situasi alam disampaikan kepada masyarakat untuk memastikan bahwa kesigapan dan kesiagaan tetap terjaga.
“Untuk memastikan masyarakat kembali siaga tanggap bencana, yang nantinya kami temui kami kumpulkan kami informasikan situasi terkini tentang situasi alam, kemudian kami akan bertemu langsung dengan beberapa desa yang layak kami pastikan kesiap siagaanya”, pungkas Andri Adi. (Eko B Art).