Pemalang | VoA – Mahasiswa Universitas Tidar (UNTIDAR) Magelang, Jawa Tengah, sukses menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cibelok, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang.
Kegiatan ini berlangsung dari Januari hingga Februari 2025 dengan berbagai program kerja unggulan, salah satunya inovasi Tong Sampah Minim Asap (TOMAS K-Tidar).
Di bawah bimbingan Dr. Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Si., tim KKN UNTIDAR yang beranggotakan 11 mahasiswa melaksanakan tiga program utama, yaitu:
- Pencegahan Stunting melalui sosialisasi dan praktik pembuatan makanan inovatif, yaitu dimsum ayam dengan topping ikan asap, yang dilaksanakan di PKD dan SDN 04 Cibelok.
- Inovasi Pembelajaran Berbasis IT dan Media Konvensional di PAUD Nurut Taqwa dan TK Pertiwi Cibelok.
- Program Unggulan: Pembuatan Tong Sampah Minim Asap untuk membantu mengurangi pencemaran udara akibat pembakaran sampah rumah tangga.
Ketua tim KKN, M. Baggi Aprilliansyah, menyatakan bahwa inovasi ini berangkat dari permasalahan lingkungan yang dihadapi warga Cibelok.
“Kami melihat bahwa masalah sampah cukup urgent di desa ini. Oleh karena itu, kami berinisiatif menciptakan alat pembakar sampah yang menghasilkan asap lebih sedikit dibandingkan metode konvensional,” ungkapnya.
Proses Pembuatan Tong Sampah Minim Asap
Lidia Faridah, salah satu anggota tim, menjelaskan bahwa ide pembuatan Tong Sampah Minim Asap (TOMAS K-Tidar) berasal dari riset mendalam mengenai metode pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan.
Inovasi ini memungkinkan pembakaran sampah dengan emisi asap yang lebih rendah, sehingga mengurangi polusi udara.
Pembuatan alat ini melibatkan Pak Caan, seorang tukang las setempat.
“Karena kami tidak memiliki alat yang memadai, kami meminta bantuan beliau untuk merealisasikan desain yang telah kami rancang,” ujar Florensya Oktavia Br Sianturi.
Tim Bendahara, yang terdiri dari Alda Alfiani dan Inayatul Aeni, mencatat bahwa total biaya pembuatan tong sampah ini mencapai Rp 450.000.
Biaya ini mencakup bahan seperti drum bekas, baut baja ringan, jasa las, cat, dan komponen lainnya. Proses pengerjaan memakan waktu sekitar tiga minggu, mulai dari perencanaan, pengadaan bahan, perakitan, hingga uji coba.
Keunggulan dan Pemanfaatan di Desa
Menurut Gitavisma Findyanita dan Abdan Nasuha, alat ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya lebih ramah lingkungan, mengurangi emisi asap, mudah digunakan, serta dibuat dari bahan yang terjangkau. Namun, alat ini hanya efektif untuk sampah kering dan memiliki kapasitas terbatas.
Setelah proses uji coba, alat ini diserahkan secara resmi kepada Kepala Desa Cibelok untuk digunakan di Balai Desa.
“Kami berharap inovasi ini dapat membantu mengurangi penumpukan sampah dan polusi udara di desa kami,” ungkap Hapi Nia Diniyati.
Cindy Oktavianes Nugroho menambahkan bahwa tim KKN UNTIDAR berharap alat ini bisa menjadi solusi bagi pengelolaan sampah rumah tangga yang lebih efektif dan dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa digunakan secara luas.
Antusiasme Warga dan Harapan ke Depan
Keberadaan Tong Sampah Minim Asap mendapat apresiasi dari masyarakat dan pemerintah desa. Mereka menilai alat ini mampu memberikan solusi nyata dalam mengelola sampah secara lebih baik.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan serta dapat mengurangi dampak negatif dari pembakaran sampah secara terbuka.
Tim KKN UNTIDAR juga menyampaikan bahwa inovasi ini masih bisa dikembangkan lebih lanjut agar lebih optimal dan bisa diterapkan di berbagai daerah lain yang menghadapi permasalahan serupa. (Eko B Art)