Surabaya | VoA –Â Cangkrukan merupakan fenomena kota metropolitan yang lebih menunjukkan makna kehadiran subjek pelaku dalam komunitas.
Cangkrukan dalam banyak hal telah digunakan sebagai pola untuk mengidentifikasi konstruksi identitas yang terbentuk dalam kebiasaan dan memberikan fungsi sosial tidak hanya bersifat ekonomi, melainkan bersifat sosio-kultural hingga sosio-psikologis
Komunitas sendiri terbentuk akibat kesamaan sikap, minat, kegemaran antara individu yang kemudian diapresiasikan dengan membentuk suatu wadah. Setiap komunitas memilki ciri khas masing-masing serta mampu untuk merefleksikan perbedaannya dengan komunitas lain.
Seperti halnya keadaan komunitas sosial merupakan sebuah kelompok atau perkumpulan didalam masyarakat berbasis individu yang di dalamnya memiliki kesamaan pada bidang kesadaran sosial di lingkungan sekitar domisili mereka dengan sistem keanggotaannya berbasis tidak mengikat serta manfaatnya untuk lingkungan.
Mereka kelompok sosial ini terbentuk secara alami mengalir begitu saja, karena manusia makhuk sosial yang disetiap individu memerlukan bantuan individu lainnya guna memenuhi siklus kehidupannya. Selain itu, tiap individu memiliki minat atau kepentingan berbeda-beda, sehingga terbentuklah kelompok sosial dengan minat atau kepentingan yang sama seperti apa yang telah disampaikan saudara, Ketut selaku ketua paguyupan kedukaan atau/ komunitas sosial Arbum Peduli Duka ( APD ) yang bergerak menangani Kedukaan / rukun kematian ( Rukem) bagi penduduk kampung Bumiarjo kelurahan Sawunggaling /atau Darmo, kota Surabaya, Jawa Timur.
Pembentukan kelompok sosial APD terjadi karena sifat manusia yang membutuhkan satu sama lain. Sejauh ini, Ketut tak menampik bahwa dalam ikatan kelompok sosial yang ia komandoi tersebut ada hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Kelompok sosial kami ini ” Arbum Peduli Duka ( APD) diciptakan oleh individu. Arbum sendiri diartikan ” Arek Bumiarjo dengan melibatkan” Koor Norming (Fase Pembentukan Norma) juga Koor Keagamaan” Ideologi yang mengikat anggota. jelas” Ketut pada voa.co.id, Sabtu (04/05).
Kami (APD) selau berusaha membantu kebutuhan dasar kedukaan warga Bumiarjo untuk berhimpun. Kelompok formal dan informal kami terbentuk karena berbagai alasan. Alasan itu antara lain kebutuhan, kedekatan (proximity), tujuan, dan ekonomi. Keinginan melayani dapat menjadi motivasi kuat yang menjurus pada pembentukan Arbum Peduli Duka. (okik).