Surabaya | VoA – Kritik merupakan elemen kunci dalam membangun fondasi pengetahuan yang kokoh. Untuk mencapai kritik yang ideal, kita harus memahami bahwa ilmu pengetahuan sendiri sebenarnya adalah bentuk kritik yang dapat menjadi cahaya pemandu untuk menjaga kualitas demokrasi dan mencegahnya terperangkap dalam jerat oligarki dan tirani.
Kritik dan ilmu pengetahuan saling terkait erat. Tanpa kritik, perkembangan ilmu pengetahuan akan terhenti. Proses mendiskusikan berbagai isu dengan standar ilmiah membantu memahami struktur kehidupan yang tersembunyi, di mana ilmu pengetahuan tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga menguasainya.
Etika muncul sebagai hasil kritik terhadap moralitas dan kebenaran. Logika, sebagai produk dari kritik terhadap pemikiran manusia, menjadi dasar dari kemajuan. Sementara itu, perkembangan teknologi dapat ditelusuri kembali ke kritik terhadap praktik-praktik manusia.
Pentingnya memahami realitas kritik secara rasional dan empiris tidak bisa diabaikan. Dalam menyusun kritik, pengetahuan tentang realitas yang dihadapi dan norma sebagai pedoman adalah esensial. Norma, baik yang bersifat universal seperti hukum alam, dogma agama, konstitusi, maupun hukum positif, harus terus-menerus dikritik agar tetap adaptif.
Ketika norma dijadikan pedoman, kritik terhadapnya tidak hanya diperlukan, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga agar norma tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Penilaian terhadap kenyataan dari perspektif norma menciptakan kritik yang memungkinkan pemisahan antara yang bernilai dan yang tidak, serta menentukan arti suatu hal dalam kehidupan.
Dengan demikian, kita dapat menganggap kritik sebagai alat utama untuk membentuk dan memperkuat ilmu pengetahuan. Kritik yang dibangun di atas pondasi pengetahuan tidak hanya melahirkan pemahaman yang lebih dalam terhadap realitas, tetapi juga menjadi landasan yang solid dalam mempertahankan nilai-nilai demokrasi. (Okik)