Jakarta | VoA – Menko Polhukam Mahfud Md, dengan nomor urut 3 dalam pilpres dan seorang cawapres, mengungkapkan perspektif yang menggetarkan tentang nilai-nilai di Indonesia, membandingkannya dengan nilai sekolah. Sambil menghadapi kritik terkait kinerjanya dalam mengejar buronan korupsi, Harun Masiku, dia menegaskan kebutuhan untuk evaluasi mendalam.
“Kritik yang saya terima, termasuk dari rekan politik di pemerintahan, adalah refleksi penting,” ungkapnya saat diwawancara oleh media, dengan suatu kejelasan pikiran, menegaskan posisinya di tengah dinamika politik.
Benny K Harman, Waketum Partai Demokrat dan Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, menggarisbawahi pentingnya pengakuan diri dalam konteks kinerja pemerintahan. Sementara Habiburokhman dari Partai Gerindra menyoroti pernyataan Mahfud sebagai sinyal pengakuan atas tantangan yang dihadapinya sebagai Menko Polhukam.
Namun, dalam kritiknya, Habiburokhman menyoroti aspek yang menarik. Dia merumuskan pertanyaan tajam tentang peran Mahfud dalam menjaga keadilan hukum, mempertanyakan mengapa belum turun tangan secara langsung dalam upaya memberantas korupsi, terutama kasus seperti Harun Masiku yang belum terselesaikan.
Dalam konteks ini, Mahfud ditekan untuk memberikan klarifikasi terkait kasus-kasus yang mencuri perhatian publik, seperti kemampuan Harun Masiku untuk berpindah-pindah masuk ke dalam negeri meskipun ada pengejaran dari penegak hukum. Poin pentingnya adalah koordinasi yang dipegang oleh Mahfud sebagai Menko Polhukam dalam sektor imigrasi.
Sebelumnya, Mahfud menyoroti secara tegas bahwa angka indeks persepsi korupsi Indonesia, sebesar 3,4, sangatlah rendah. Perumpamaannya dengan nilai sekolah membuat pernyataannya lebih mengena, menyampaikan bahwa jika dihubungkan dengan skala nilai sekolah, angka tersebut sama dengan tidak lulus.
Namun, dengan segala tantangan yang ada, Mahfud menyatakan keterlibatannya bersama Ganjar Pranowo untuk memperbaiki situasi tersebut. Penekanannya pada perlunya perbaikan menggarisbawahi keseriusan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik di masa depan.
Dari pandangan yang disampaikan, terlihat bahwa Mahfud Md tidak hanya mengakui ketidaklulusan dalam hal indeks persepsi korupsi, tetapi juga mengajak untuk berkolaborasi dalam usaha perbaikan demi kemajuan bersama. (ipul)