22.4 C
Indonesia
Ming, 3 Desember 2023
close

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

22.4 C
Indonesia
Minggu, 3 Desember 2023 | 18:46:18 WIB

    Kasino Mendobrak Tradisi Lawak di Indonesia Pelawak Intelektual itu Telah Pergi

    spot_img

    Jakarta | VOA Penampilan Kasino saat itu beda dari biasanya. Gerak tubuhnya tidak lincah. Gaya bicaranya agak lamban. Para pemirsa televisi pun merasa pangling. Sebab wajah dan sosok tubuh Kasino, nampak lebih gemuk. Rambutnya terlihat sangat tebal, dan memang dia memakai wig (rambut palsu). Tapi Kasino berusaha mengimbangi akting dua rekannya, Dono dan Indro.

    Serial komedi Warkop II yang ditayangkan di Indosiar, memang membutuhkan akting yang atraktif dari para pemeran utamanya. Namun ketika muncul adegan-adegan yang menguras tenaga, Kasino tidak tampil. Para pemirsa yang mengikuti perkembangan kesehatan Kasino melalui media massa, tentu memaklumi, karena kesehatan Kasino belum pulih benar. Kemudian, pada paket lain — masih ditayangkan Indosiar — Trio Warkop itu harus mengantarkan acara.

    Di sini Kasino nampak tidak sehat. Tapi toh ia tetap berusaha melawak dengan logat dan senyumannya yang khas. “Saye senang bisa ketemu temen-temen…kondisi saye memang lagi begini,” katanya dengan logat bahasa-gaul Betawi. Di balik panggung pun ia sempat menyalami para artis lain dan wartawan. Tubuhnya nampak agak lesu.

    Ternyata penampilan Kasino malam itu merupakan penampilannya yang terakhir. Kini pemirsa televisi dan para penggemar lawak “Warkop DKI”, tidak mungkin lagi bisa manyaksikan gayanya yang kocak. Kasino yang berusia 47 tahun telah pergi untuk selama-lamanya. Ia meninggal dunia Kamis malam (18/12) sekitar pukul 23.00 di ruang intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, setelah dirawat selama dua pekan.

    Seusai sembahyang Jumat kemarin (19/12), jenazah Drs. Kasino Hadiwibowo dibawa dari rumahnya Jl. Kayu Putih Tengah Pulo Mas, ke Mesjid At-Taqwa IKIP Rawamangun, untuk disembahyangkan. Tampak hadir di rumah duka Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso dan sejumlah artis ibukota. Kemudian jenazah itu dibawa ke Kampung Tonjong Kab. Bogor untuk dimakamkan di TPU Semplak. Almarhum meninggalkan seorang istri, Amarmini alias Mieke yang dinikahinya tahun 1976 dan dua putri, masing-masing Hana dan Larasati.

    Baca juga:  Divonis Ringan dalam Kasus Narkoba, Ammar Zoni: Berkat Doa Keluarga

    Pendobrak tradisi lawak

    Dedi Gumilar alias Miing Bagito yang bertindak sebagai seksi acara dalam prosesi pemakaman menyatakan kepada “PR”, almarhum bersama Grup Warkop-nya, merupakan pendobrak tradisi lawak di Indonesia. Menurut Miing, sebelum muncul Warkop, kelucuan dalam suatu lawakan hanya mengandalkan gaya yang tidak lazim, misalnya pakaian yang aneh, gaya dan suara yang aneh. “Dulu melawak itu baru disebut lucu jika memakai kaos kaki ijo sebelah merah sebelah. Tapi setelah muncul Mas Kasino dengan Warkop-nya, tradisi itu menjadi berubah. Tanpa gerak dan baju yang aneh-aneh pun, ternyata lawakan bisa lucu. Warkop selalu berdandan necis. Dan Mas Kasino dengan Warkop-nya menawarkan lawakan yang cerdas dan memiliki nilai intelektual,” kata Miing. Secara profesi menurut Miing, Kasino telah memberikan kontribusi kepada dunia lawak dewasa ini. “Para pelawak junior harus jujur bahwa Kasino dan Warkop-nya telah memberi kontribusi pada gaya penampilan mereka. Pelawak sekarang dengan pakaian resmi jas dan dasi, bisa lucu,” tandasnya.

    Anggota Bagito lainnya, Unang dan Didin mungkin tidak tahu persis bagaimana perjalanan grup Warkop itu. Tapi Miing menyatakan, secara pribadi tahu persis perjalanan grup lawak itu, karena ia pernah berkerja sebagai penulis naskah lawakan Warkop. Lebih dari itu, Miing selama lima tahun sejak tahun 1982, secara total bekerja mengabdikan diri untuk Grup Warkop. Ia mendapatkan gaji cukup besar, 10% dari nilai kontrak!

    “Pekerjaaan saya di Warkop bukan hanya menulis naskah lawakan, tapi saya termasuk pembawa obat-obatan dan strika baju jika Warkop hendak mentas di luar kota. Dan Mas Kasino telah mengajarkan bagaimana cara menjaga image pelawak itu. Misalnya, almarhum melarang jangan berbusana asal-asalan. Baju, celana, sepatu yang dipakai pelawak harus serasi.”

    Ada peristiwa yang paling bersejarah bagi kehidupan Miing, ketika ia harus mengundurkan diri sebagai karyawan Warkop. “Ketika itu sekitar tahun 1986, saya harus berpisah dengan Warkop, karena Grup Bagito sudah eksis dan banyak kesibukan manggung. Saya pun dengan berat hati memberitahu Mas Kasino. Ternyata di luar dugaan. Ketika saya pamit, almarhum mengatakan dengan Bahasa Betawi, Eh Ing, sekarang emang udah giliran elu dan Bagito…gue bangga punye adik kayak elu…Pokoknye elu harus maju… Mendengar ucapan itu, saya trenyuh. Mas Kasino dan senior-senior di Warkop telah memberi semangat yang luar biasa pada Bagito,” ujar Miing dengan nada sedih. Ternyata ucapan serupa dilontarkan kembali bulan November 1996, ketika Kasino baru sadar setelah menjalani operasi pertama di RS. Advent, Bandung. “Saat itu saya peluk dia, saya membisikan tahlilke telinganya. Setelah dia sadar, ternyata kalimat yang dilontarkan sepuluh tahun lalu, terulang lagi. Ia menangis….,” kata Miing.

    Baca juga:  Maudy Koesnaedi: "Nikmat, Buka Puasa Berjamaah"

    Ditanya pendapatnya tentang prospek Warkop setelah Kasino meninggal Miing malah menjawab spontan dengan perumpamaan: “Ibarat mesin berbusi tiga. Satu nggak jalan, bisa pincang. Tapi saya percaya 100% pada Mas Indro dan Mas Dono, Warkop bisa tetap jalan terus dan tetap eksis,” katanya.

    Keberuntungan pada malam Jumat

    Kasino mulai terganggu kesehatnnya pada bulan November 1996. Ia sempat pingsan saat dirawat beberapa hari di tempat fisioterapi Ciater, Kab. Subang. Kemudian oleh keluarganya segera dilarikan ke RS. Advent, Bandung. Pada hari Sabtu tanggal 23 November 1996, di rumah sakit itu Kasino menjalani operasi pada bagian kepala. Menurut Dokter Benny W. Atmadja (salah seorang tim dokter yang mengoperasi Kasino), ternyata pelawak itu menderita tumor otak. Menurut Dokter Benny, tumor yang berhasil diangkatnya sebesar 3 X 3 cm.

    Selama beberapa hari Kasino menjalani perawatan. Kondisinya berangsur baik. Kemudian ia pun dibawa pulang ke Jakarta.

    Namun pada bulan Juni 1997, ternyata ia harus menjalani lagi operasi di RSCM. Bahkan ketika itu muncul isyu, Kasino meninggal dunia. Tapi Indro segera membantahnya, bahwa Kasino memang menjalani operasi, namun kondisinya telah pulih. Kondisi Kasino memang berangsur baik. Bahkan ia mencoba mengikuti syuting serial Warkop 2 yang hasilnya telah disaksikan para pemirsa Indosiar.

    Baca juga:  Kasus Dugaan Promosi Judi Online, Cupi Cupita Bicara Soal Pemeriksaan dan Kerugian

    Kesehatan Kasino sebenarnya belum pulih. Dua pekan lalu ia harus kembali ke RSCM. Menurut Indro, gula darah rekannya itu tinggi. Bahkan kata Indro, ada indikasi pertumbuhan kanker baru di otaknya. Selama perjalanan karirnya, berarti Grup Warkop sejak didirikan tahun 1978, telah kehilangan dua personilnya, Nanu Mulyono dan kini Kasino Hadi Wibowo.

    Kasino lahir di Gombong Jawa Tengah 15 September 1950. Mulai dikenal tahun 1974, setelah menjadi penyiar Radio Prambors bersama Rudy Badil dan Nanu Mulyono. Di radio tersebut, Kasino kemudian ditemani pula dua rekannya, Indrojoyo Kusumonegoro (Indro) dan Wahyu Sardono (Dono) untuk mengisi acara “Humor Warung Kopi Prambors” hingga 1978.

    “Melawak itu berat. Pada saat saya tidak ingin tertawa, orang justru menuntutnya harus tertawa,” kata Kasino suatu ketika. Kasino alumni Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) Universitas Indonesia tahun 1979, pernah menyatakan pula — seperti dikutip buku “Apa &AMP Siapa” — bahwa melucu dalam film lebih gampang, karena jika dialognya tak lucu, gambarnya bisa dibikin lucu.

    Menurut buku itu pula, Kasino sering dipanggil dengan nama “Seky” (artinya “Si Pesek”). Ketika siaran di Radio Prambors, keberuntungan “Seky” diperolehnya pada malam Jumat. Ternyata acaranya itu sangat diminati pendengar. “Setiap acara tiba, pisang goreng, ketan pakai kelapa parut dan berbagai makanan, menumpuk di studio. Ternyata pengirimnya ibu-ibu,” kata Seky. Seky dan kawan-kawan kemudian menjadi laris sebagai penjual tawa. Pada malam Jumat kemarin 18 Desember 1997, Seky pergi untuk selamanya. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun (yudi)

    spot_img

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    Berita Terpopuler

    eSIM XL Tidak Ada Layanan, Solusi Mengatasinya

    Di era digital ini, kemajuan teknologi semakin memudahkan kita dalam berkomunikasi dan berselancar di dunia maya. Salah satu perkembangan terbaru adalah penggunaan eSIM, yang...

    Pawang Ular di Sumedang Meninggal Akibat Gigitan King Kobra Setelah Pertunjukan

    Sumedang | VoA - Pawang Ular di Kabupaten Sumedang, telah meninggal dunia Akibat Gigitan King Kobra Setelah Pertunjukan. Insiden ini terjadi saat ia sedang...

    Keren! Politisi Senior PKS Ini Raih Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Uninus Bandung

    Depok | VoA - Dunia pendidikan merupakan perjalanan panjang yang penuh liku-liku, dan ini merupakan bukti dari tekad dan perjuangan yang tak kenal lelah....

    Penyelidikan Mendalam Polres Puncak Tengah Terhadap Insiden Penyerangan KKB di Pasar Tradisional Ilaga

    Jayapura | VoA - Polres Puncak Tengah, tengah mengusut insiden penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah Kompleks Pasar Tradisional Ilaga, Kabupaten Puncak....

    Pihak Kepolisian Mendalami Keterlibatan Terduga dalam Kasus Pencurian Melalui Akses Ilegal

    Jakarta | VoA - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya sedang mengusut adanya dugaan keterlibatan pihak lain yang membantu tersangka RFP alias A,...

    Polisi Sedang Menyelidiki Penyebab Kebakaran yang Terjadi di Permukiman Padat Penduduk di Gambir

    Jakarta | VoA - Polres Metro Jakarta Pusat telah menggerakkan seluruh personelnya untuk menyelidiki akar penyebab kebakaran yang terjadi di pemukiman padat penduduk di...
    Berita terbaru
    Berita Terkait